Nasi Kotak, atau umum disebut khalayak sebagai kotakan, nasi dus, atau nasi boks (box) adalah salah satu bentuk paket makanan matang lengkap dalam kemasan kotak (box packaging) yang siap dibawa-bawa, relatif mudah dihantarkan, praktis untuk berbagai keperluan dan tidaklah sulit untuk disesuaikan dengan waktu dan tempat untuk bersantap makan. Dengan adanya kemasan ini, tidaklah menjadi halangan bagi siapapun untuk dapat menikmati main course atau makan berat dimanapun, kapanpun dalam situasi apapun.
Perkembangan masakan matang lengkap dalam kemasan, juga mulai membutuhkan sarana yang lebih memiliki ruang lebih untuk menampung dan memisahkan isi masing-masing masakan. Hal ini didorong dengan perjalanan adat istiadat dan kondisi sosial ekonomi masyarakat daerah, terutama di wilayah Jawa yang sering mengadakan pertemuan-pertemuan khusus, hajatan, ritual kemasyarakatan sampai kumpulan sosial. Acara yang digelar menghadirkan masakan kemasan yang tak lagi dimaksudkan dari fungsi kepraktisan semata, akan tetapi juga sebagai buah tangan, dan semacam bingkisan yang merepresentasikan acara khusus tersebut.
Dari sanalah format kemasan tersebut berevolusi menjadi lebih mencitrakan visual dan lebih terangkat derajatnya, dalam artian cenderung menaikkan value positif dari masakan di dalam kemasan tersebut. Perkembangan ini tak terelakkan lagi berorientasi turut mengangkat citra dan lebih jauh lagi ke martabat acara itu – dan tentu saja kepada siapapun penyelenggaranya. Dari sanalah awal Nasi Besek, atau besekan, atau juga seringkali disebut Nasi Berkat, atau Bancakan, menjadi format dan bentuk makanan dalam kemasan yang tinggi popularitasnya.
Di masanya, paket kemasan besek ini diyakini dapat membawa pesan kebahagiaan (dan kebanggan) saat mendengar, apalagi memperolehnya untuk disantap bersama sanak famili, keluarga dan dibagikan kepada orang terdekat. Nasi besek merupakan makanan terkemas dalam wadah yang sesuai namanya, dinamakan besek, yang menggambarkan bahan kemasannya. Besek dibuat dari susunan bambu alami yang dianyam, yang terdiri atas wadah dan tutup berbentuk kotak persegi empat, serta umumnya memiliki geometri alas dan tutup berbentuk bujur sangkar (sudah mendekati bentuk box).
Bahan bambu sendiri mengedepan dan umum dijumpai, karena menjadi sumber pendapatan pengrajin, dan cukup teruji kekuatannya karena konstruksi anyaman yang sama juga digunakan untuk membuat dinding pada kebanyakan rumah rakyat saat itu. Di masa sekarang pun anyaman bambu yang dipakai sebagai dinding rumah atau biasa disebut gedek ini masih digunakan, dan semakin unik karena sering diterapkan sebagai pendukung bangunan modern bergaya tradisional.
Dengan kata lain, perkembangan kemasan masakan konvensional di masyarakat dapat memiliki kaitan dengan pertumbuhan budaya, kebiasaan dan telah menjadi bagian dari kearifan lokal.