Lawar Bali jadi tipe makanan tradisional yang akan Anda dapatkan dengan benar-benar mudah dengan resep rahasianya. Bukan hanya pada beberapa hari biasa, lawar jadi hidangan wajib saat dilaksanakan upacara keagamaan oleh warga Hindu Bali. Dalam pembuatannya, lawar dapat ditemukan dalam beragam tipe, dimulai dari lawar kuwir, lawar belimbing, lawar nangka, lawar merah, lawar putih, dan sebagainya.
Dari beberapa tipe lawar tradisional di Bali, ada dua lawar yang familier di kalangan masyarakat lokal Bali. Dua lawar yang dimaksud adalah lawar merah dan lawar putih. Ke-2 tipe lawar ini dibuat dengan bahan yang nyaris serupa. Namun, lawar merah dibikin dengan tambahan kombinasi darah hewan. Oleh karena itu, lawar ini kelihatan mempunyai warna merah mencolok.
Lawar Bali Dibikin dengan Beragam Tipe Bahan dan Resep Berbeda
Warga tradisional Bali menganggap lawar sebagai makanan penyatu atau simbol adanya persatuan. Penyebutan lawar sebagai simbol persatuan bukan tanpa ada alasan. Alasan utamanya ialah karena lawar sebagai tipe makanan yang diolah dengan demikian banyak bahan-bahan berbeda. Beberapa bahan yang dipakai khususnya adalah beragam tipe sayur.
Dalam penentuan bahan yang dipakai untuk lawar, warga Bali mempunyai perhitungan matang. Beberapa bahan yang digunakan untuk membuat lawar, mempunyai keterkaitan dengan Catur Dala yang disebut representasi empat dewa di empat arah mata angin. Beberapa bahan yang dipakai, harus jadi representasi dari tiap-tiap dewa tersebut.
Apa saja empat bahan yang menjadi simbol empat dewa tersebut? Pertama, Anda dapat menemukan bahan berupa kelapa dengan warna putih yang disebut representasi dari Dewa Iswara di arah timur. Seterusnya, darah yang mempunyai warna merah ialah simbol dari Dewa Brahma yang disebut dewa penguasa di arah selatan. Bumbu dengan warna kuning menjadi wakil dari Dewa Mahadewa di arah barat. Paling akhir, ada warna hitam dari terasi yang disebut representasi Dewa Wisnu di arah utara.
Kurang cukup sampai di sana, rasa yang dipunyai lawar jadi simbol atas pengalaman hidup yang ditempuh oleh tiap manusia. Ada rasa manis yang didapat dari gula merah. Selain itu, ada juga asin yang berasal dari garam.Lalu, ada rasa asam dari buah asam, pahit yang disertai bau harum dari buah limau, rasa pedas cabai, ataupun kesan busuk yang mengambil sumber dari terasi. Semua rasa itu berpadu solid mendatangkan cita-rasa khas dari lawar.
Kehadiran lawar sebagai kuliner tradisional Bali, merupakan penggambaran yang tepat mengenai kondisi dari negara Indonesia. Jika lawar dinikmati pada keadaan siap dihidangkan, makanan tradisional ini berasa nikmat. Kelemahan pada masing-masing bahan, tertutupi oleh kelebihan dari bahan lain. Kondisi serupa bisa juga didapat ketika warga dari berbagai latar belakang bersatu secara padu.
Konsumsi lawar mempunyai manfaat untuk kesehatan. Namun, hal yang perlu diperhatikan, untuk Anda yang sudah memiliki usia lanjut, seharusnya jauhi lawar yang disertai dengan unsur daging. Untuk mencicip makanan ini, Anda bisa juga menemukannya di beberapa tempat.